Bahan Kimia dalam Bahan Makanan
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas makanan, menambahkan kelezatan, membuat makanan tampak lebih menarik, dan mengawetkan makanan.
Di zaman modern seperti sekarang ini, bahan tambahan makanan digunakan dalam skala yang makin luas. Luasnya penggunaan bahan tambahan makanan dapat dilihat dari pengelompokannya seperti diatur dalam peraturan Menkes nomor 235 (1979). Dalam peraturan Menkes tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya, bahan tambahan makanan (zat aditif) dikelompokkan menjadi 14, di antaranya, yaitu: antioksidan dan antioksidan sinergis, pengasam, penetral, pemanis buatan, pemutih dan pematang, penambah gizi, pengawet, pengemulsi (pencampur), pemantap dan pengental, pengeras, pewarna alami dan sintetis, penyedap rasa dan aroma, dan lainnya.
Komposisi adalah semua bahan baku pembuat makanan kemasan, termasuk zat aditif yang digunakan dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam kemasan. Bahan aditif yang mesti dicantumkan dalam kandungan isi meliputi bahan buatan atau alami yang ditambahkan untuk memperbaiki penampilan, bau, rasa, konsistensi atau lama penyimpanannya.
Biasanya, bahan aditif diberi kode huruf E (Eropa) dan diikuti dengan tiga angka. Misalnya, E 100 sebagai kode pewarna, E 200 kode konsevator, E 300 kode antioksida, dan E 400 kode pengemulsi atau stabilisator. Contoh bahan aditif itu adalah E 200 asam sorbat, E 201 Na sorbat, E 300 asam askorbat, E 311 oktil gallat, E 320 butil hidroksilanisol (BHA), dan E 321 butilhidroksil toluena (BHT).
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2. Zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa.
A. Bahan Pewarna
Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan. Penambahan bahan pewarna pada makanan bertujuan untuk memberi penampilan tertentu atau warna yang menarik. Warna yang menarik dapat menjadikan makanan lebih mengundang selera.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalamair. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produk-produk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
1. Pewarna Alami
Pewarna alami merupakan bahan pewarna yang bahan-bahannya banyak diambil dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pewarna alami yang banyak digunakan antara lain sebagai berikut.
§ Daun suji mengandung
zat warna klorofil untuk memberi warna hijau menawan, misalnya pada dadar
gulung, kue bika, atau kue pisang.
§ Buah kakao merupakan
penghasil cokelat dan memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya es krim,
susu cokelat, atau kue kering.
§ Kunyit (Curcuma domestica)
mengandung zat warna kurkumin untuk memberi warna kuning pada makanan, misalnya
tahu, bumbu Bali, atau nasi kuning. Selain itu, kunyit dapat mengawetkan
makanan.
§ Cabai merah, selain
memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna kapxantin yang menjadikan warna
merah pada makanan, misalnya rendang daging atau sambal goreng.
§ Wortel, beta-karoten
(provitamin-A) pada wortel menghasilkan warna kuning.
§ Karamel, warna
cokelat karamel pada kembang gula karena proses karamelisasi, yaitu pemanasan
gula tebu sampai pada suhu sekitar 170°C.
§ Gula merah, selain
sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya pada bubur
dan dodol.
Selain contoh di atas, beberapa buah-buahan juga dapat menjadi bahan pewarna alami, misalnya anggur menghasilkan warna ungu, stroberi warna merah, dan tomat warna oranye.
2. Pewarna Buatan
Makanan ada yang menggunakan pewarna alami ada pula yang menggunakan pewarna buatan. Bahan pewarna buatan ada dua jenis. Jenis pertama adalah pewarna buatan yang disintesa dengan struktur kimia persis seperti bahan alami, misalnya beta-karoten (warna oranye sampai kuning), santoxantin (warna merah), dan apokaroten (warna oranye). Jenis kedua adalah bahan pewarna yang disintesa khusus untuk menggantikan pewarna alami. Tabel berikut menunjukkan contoh bahan pewarna buatan pada makanan.
Bahan pewarna buatan
|
Contoh produk makanan
|
Indigokarmin menghasilkan
warna biru
|
gula dan minuman ringan.
|
Eritrosin menghasilkan
warna merah
|
es krim dan jeli
|
Tartrasin menghasilkan
warna kuning
|
es krim, yoghurt, dan jeli
|
Meskipun bahan pewarna tersebut diizinkan, kamu harus selalu berhati-hati dalam memilih makanan yang menggunakan bahan pewarna buatan karena penggunaan yang berlebihan tidak baik bagi kesehatanmu. Penggunaan tartrazine yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, asma, dan hiperaktif pada anak. Penggunaan erythrosine yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang baik pada otak dan perilaku.
3. Perbedaan antara Pewarna Alami dan Pewarna Buatan
Bahan pewarna alami maupun buatan digunakan untuk memberi warna yang lebih menarik pada makanan. Biasanya orang menggunakan bahan pewarna alami karena lebih aman dikonsumsi daripada bahan pewarna buatan. Bahan alami tidak memiliki efek samping atau akibat negatif dalam jangka panjang. Adapun pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan zat pewarna alami. Tabel berikut ini menunjukkan perbedaan kedua jenis pewarna tersebut.
Pewarna alami
|
Pewarna buatan
|
Lebih aman dikonsumsi.
|
Kadang-kadang memiliki
efek negatif tertentu.
|
Warna yang dihasilkan
kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat keasaman tertentu.
|
Dapat mengembalikan warna
asli, kestabilan warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin
atau zat-zat makanan lain yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan.
|
Untuk mendapatkan warna
yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak.
|
Praktis dan ekonomis.
|
Keanekaragaman warnanya
terbatas.
|
Warna yang dihasilkan
lebih beraneka ragam.
|
Tingkat keseragaman warna
kurang baik.
|
Keseragaman warna lebih
baik.
|
Kadang-kadang memberi rasa
dan aroma yang agak mengganggu.
|
Biasanya tidak
menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu.
|
Seiring dengan meluasnya pemakaian pewarna sintetik, sering terjadi penyalahgunaan pewarna pada makanan. Sebagai contoh digunakannya pewarna tekstil untuk makanan sehingga membahayakan konsumen. Zat pewarna tekstil dan pewarna cat biasanya mengandung logam berat, seperti: arsen, timbal, dan raksa sehingga bersifat racun.
B. Pemanis
Bahan pemanis adalah bahan kimia yang ditambahkan pada makanan atau minuman yang berfungsi untuk memberikan rasa manis. Bahan pemanis ini ada dua macam, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.
1. Pemanis Alami
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Contohnya :
§ Gula tebu mengandung
zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula tebu atau
gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang paling
banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat
mengawetkan.
§ Gula merah merupakan
pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan pemanis kedua yang banyak
digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan
tradisional, misalnya pada bubur, dodol, kue apem, dan gulali.
§ Madu merupakan pemanis
alami yang dihasilkan oleh lebah madu. Selain sebagai pemanis, madu juga banyak
digunakan sebagai obat.
§ Kulit kayu manis
merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu kayu manis juga
berfungsi sebagai pengawet.
Zat pemanis alami yang biasa digunakan, dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Pemanis nutritif
Pemanis nutritif adalah pemanis alami yang menghasilkan kalori. Pemanis nutritif berasal dari tanaman (sukrosa/ gula tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian karbohidrat (sirop glukosa, dekstrosa, sorbitol). Kelebihan pemanis ini dapat mengakibatkan obesitas, karena kandungan kalorinya yang tinggi.
2) Pemanis nonnutritif
Pemanis nonnutritif adalah pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori. Pemanis nonnutritif berasal dari tanaman (steviosida), dan dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).
2. Pemanis Buatan
Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah larut dalam air. Penggunaan bahan pemanis atau batasan pemakaian bahan pemanis dalam makanan harus mengacu pada WHO yang dikenal dengan ADI (aceeptable daily intake) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 / Menkes / per / IX / 1988 tentang batasan maksimum penggunaan bahan kimia dalam makanan. Beberapa pemanis buatan yang beredar di pasaran di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Aspartam
Aspartam mempunyai nama kimia aspartil fenilalanin metil ester, merupakan pemanis yang digunakan dalam produk-produk minuman ringan. Aspartam merupakan pemanis yang berkalori sedang. Tingkat kemanisan dari aspartam 200 kali lebih manis daripada gula pasir. Aspartam dapat terhidrolisis atau bereaksi dengan air dan kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan untuk pemanis yang berkadar air rendah.
b. Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan yang paling tua. Tingkat kemanisan sakarin kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula pasir. Namun, jika penambahan sakarin terlalu banyak justru menimbulkan
rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi pemanis sakarin. Sakarin sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena harganya yang murah. Namun penggunaan sakarin tidak boleh melampaui batas maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya kanker).
Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin yang diperbolehkan adalah 50–300 mg. Sakarin hanya boleh digunakan untuk makanan rendah kalori, dan dibatasi tingkat konsumsinya sebesar maksimal 0,5 mg tiap kilogram berat badan per hari.
c. Siklamat
Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat dengan tingkat kemanisan yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis daripada gula pasir. Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman fermentasi. Beberapa negara melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen. Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg bahan makanan.
d. Sorbitol
Sorbitol merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk pemanis kismis, selai dan roti, serta makanan lain.
e. Asesulfam K
Asesulfam K merupakan senyawa 6-metil-1,2,3-oksatiazin-4(3H)-on-2,3-dioksida atau merupakan asam asetoasetat dan asam sulfamat. Tingkat kemanisan dari asesulfam K adalah 200 kali lebih manis daripada gula pasir. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, asesulfam K merupakan pemanis yang tidak berbahaya.
3. Perbedaan Pemanis Alami dengan Pemanis Buatan
Orang memilih jenis pemanis untuk makanan yang dikonsumsinya tentu dengan alasan masing-masing. Pemanis alami tentu lebih aman, tetapi harganya lebih mahal. Pemanis buatan lebih murah, tetapi aturan pemakaiannya sangat ketat karena bisa menyebabkan efek negatif yang cukup berbahaya. Pada kadar yang rendah atau tertentu, pemanis buatan masih diijinkan untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan, tetapi pada kadar yang tinggi bahan ini akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Tabel berikut memperlihatkan perbedaan pemanis alami dan buatan.
Pemanis alami
|
Pemanis buatan
|
Pada suhu tinggi bisa
terurai.
|
Cukup stabil bila
dipanaskan.
|
Memiliki kalori tinggi.
|
Memiliki kalori rendah.
|
Berasa manis normal.
|
Berasa manis sampai
puluhan bahkan ratusan kali rasa manis gula.
|
Harganya cenderung lebih
tinggi.
|
Harganya sangat
terjangkau.
|
Lebih aman dikonsumsi.
|
Sebagian dapat berpotensi
karsinogen (penyebab kanker).
|
C. Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat mencegah atau
menghambat proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau peruraian lain
terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga makanan tidak
mudah rusak atau menjadi busuk. Bahan pengawet bersifat karsinogen, untuk itu
batasan penggunaan bahan pengawet sebaiknya sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesesehatan No. 722/ menkes/per/IX/ 88.
Menurut
FDA (Food and Drug
Administrasion), keamanan suatu pengawet makanan harus
mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi dalam produk makanan atau
jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan dari penggunaan pengawet, efek
akumulasi dari pengawet dalam makanan dan potensi toksisitas yang dapat terjadi
(termasuk menyebabkan kanker) dari pengawet jika dicerna oleh manusia atau
hewan. Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. GRAS (Generally
Recognized as Safe) yang umumnya
bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali. Berikut ini
adalah contoh-contoh pengawet alami.
a.
Gula tebu
Gula
tebu memberi rasa manis dan bersifat mengawetkan. Buah-buahan yang disimpan
dalam larutan gula pekat akan menjadi awet karena mikroorganisme sukar hidup di
dalamnya.
b.
Gula merah
Selain
sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti halnya gula tebu.
c. Garam
Garam
merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air laut. Ikan
asin dapat bertahan hingga berbulan-bulan karena pengaruh garam.
d.
Kunyit
Kunyit,
selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan penggunaan
kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
e.
Kulit kayu manis
Kulit
kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pengawet karena banyak
mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis
dan pemberi aroma.
f.
Cengkih
Cengkih
merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman cengkih. Selain
sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma.
2. ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu
ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily
intake) guna melindungi kesehatan konsumen. Bahan-bahan pengawet
tersebut, antara lain sebagai berikut.
a.
Asam asetat
Asam
asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan ini menghasilkan
rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu selera karena
bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam asetat sering
dipakai sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau soto. Asam
asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka
antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
b.
Benzoat
Benzoat
banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya).
Berbagai jenis soft drink (minuman
ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan
dengan menggunakan bahan jenis ini.
c. Sulfit
Bahan
ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan
kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan
ini.
d.
Propil galat
Digunakan
dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen karet serta
untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat digunakan
sebagai antioksidan.
e.
Propianat
Jenis
bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan garam
kalium atau natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat
menghambat pertumbuhan bacillus
mesentericus yang
menyebabkan kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju
biasanya menggunakan bahan ini. Penggunaan yang berlebihan bisa menyebabkan
migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
f. Garam nitrit
Garam
nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Kalium nitrit berwarna
putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini terutama sekali
digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan
seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering. Perkembangan
mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam daging
yang dapat membusukkan daging.
Penggunaan
yang berlebihan, bisa menyebabkan keracunan. Selain memengaruhi kemampuan sel
darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, juga menyebabkan kesulitan
bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
g. Sorbat
Sorbat
yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat. Sorbat sering
digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam
sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi
cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan. Meskipun aman dalam
konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit.
3. Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi atau berbahaya, Pengawet tersebut di antaranya adalah:
§ Boraks
Boraks
atau natrium tetraborat, dengan rumus kimia Na2B4O7· 10 H2O adalah senyawa yang
biasa digunakan sebagai bahan baku disinfektan, detergen, cat, plastik, ataupun
pembersih permukaan logam sehingga mudah disolder. Karena boraks bersifat
antiseptik dan pembunuh kuman, bahan ini sering digunakan untuk pengawet
kosmetik dan kayu. Banyak ditemukan kasus boraks yang disalahgunakan untuk
pengawetan bakso, sosis, krupuk gendar, mi basah, pisang molen, lemper, siomay,
lontong, ketupat, dan pangsit. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat
menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
§ gangguan pada sistem
saraf, ginjal, hati, dan kulit;
§ gejala pendarahan di
lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
§ terjadinya komplikasi
pada otak dan hati; dan
§ menyebabkan kematian
jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
§ Formalin
Formalin
adalah nama dagang untuk larutan yang mengandung 40% formaldehid (HCOH) dalam
60% air atau campuran air dan metanol (jenis alkohol bahan baku spiritus)
sebagai pelarutnya. Formalin sering disalahgunakan untuk mengawetkan mi, tahu
basah, bakso, dan ikan asin. Formalin tidak boleh digunakan karena dapat
menyebabkan kanker paru-paru dan gangguan pada alat pencernaan dan jantung.
§ Natamysin
Bahan
ini biasa digunakan pada produk daging dan keju. Bahan ini bisa menyebabkan
mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan kulit.
§ Kalium Asetat
Makanan yang asam umumnya ditambahkan bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
§ Butil Hidroksi Anisol
(BHA)
Biasanya
terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik
kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa
menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
D. Penyedap
Bahan
penyedap rasa merupakan bahan tambahan makanan yang berguna untuk melezatkan
bahan makanan. Penyedap berfungsi menambah rasa nikmat dan menekan rasa yang
tidak diinginkan dari suatu bahan makanan. Bahan penyedap ini terdapat dalam
bentuk alami dan buatan.
1. Penyedap Alami
Bahan
penyedap dari bahan alami selalu terdapat di dalam setiap makanan. Biasanya
bahan-bahan ini dicampurkan bersama-sama sebagai bumbu makanan, beberapa di
antaranya :
§ Bawang merupakan
pemberi rasa sedap alami yang paling banyak digunakan.
§ Merica memberi aroma
segar dan rasa pedas yang khas.
§ Terasi merupakan zat
cita rasa alami yang dihasilkan dari bubuk ikan dan udang kecil yang dibumbui
sedemikian rupa sehingga memberi rasa sedap yang khas.
§ Daun salam memberi
rasa sedap pada makanan.
§ Jahe memberi aroma
harum dan rasa pedas khas jahe.
§ Cabai memberi rasa
sedap dan pedas pada setiap masakan.
§ Daun pandan memberi
rasa dan aroma sedap dan wangi pada makanan.
§ Kayu manis, selain
memberi rasa manis dan mengawetkan juga memberi aroma harum khas kayu manis.
2. Penyedap Buatan
Penyedap
buatan yang paling banyak digunakan dalam makanan adalah vetsin atau monosodium glutamat (MSG)
yang sering juga disebut sebagai micin. MSG merupakan garam natrium dari asam
glutamat yang secara alami terdapat dalam protein nabati maupun hewani. Daging,
susu, ikan, dan kacang-kacangan mengandung sekitar 20% asam glutamat. MSG tidak
berbau dan rasanya merupakan campuran rasa manis dan asin yang gurih. Memakan
MSG secara berlebihan akan menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang dikenal
sebagai Chinese Restaurant Syndrome (CRS). Tanda-tandanya antara
lain berupa munculnya berbagai keluhan seperti pusing kepala, sesak napas,
wajah berkeringat, kesemutan pada bagian leher, rahang, dan punggung.
http://himikaung.wordpress.com/2011/03/01/bahan-kimia-dalam-bahan-makanan/
terima kasih
BalasPadam